
Lumpur merupakan material berbentuk liquid maupun semi-liquid yang terbuat dari campuran air dan beberapa jenis tanah (misalnya loam, silt, atau lempung). Secara alami, lumpur dapat terbentuk setelah terjadi hujan atau di daerah yang dekat dengan sumber air. Kita biasa melihat lumpur sebagai permukaan tanah yang lembek dan cenderung membuat kotor jika diinjak. Namun, tahukah makers bahwa lumpur dapat diproses menjadi mud brick, sebuah material bangunan yang sudah digunakan sejak ribuan tahun yang lalu.
Kenapa Menggunakan Mud Brick?
Dengan kemajuan teknologi seperti sekarang, beragamnya material bangunan dengan berbagai kelebihannya, mungkin akan sulit membayangkan kenapa mud brick merupakan sebuah pilihan material bangunan yang digunakan secara luas pada masanya. Beberapa alasannya adalah:
- Ketersediaannya yang Melimpah – Tanah merupakan material yang tersedia melimpah di berbagai tempat. Hal ini memudahkan orang untuk mendapatkan akses pada material tersebut dan menggunakannya.
- Relatif Murah dan Hemat Energi – Penggunaan mud brick di masa lalu tidak membutuhkan teknologi pembuatan mutakhir maupun teknik yang sulit. Ketersediaannya juga membuat biaya transportasi material ke lokasi yang memerlukan bisa jadi tidak dibutuhkan atau sangat minim.
- Menciptakan kenyamanan termal (thermal comfort) pada bangunan – tanah sebagai merupakan penyerap panas yang baik. Pada siang hari, panas diserap oleh tanah sehingga dinding dalam bangunan akan terasa sejuk, sementara di malam hari, saat udara relatif sejuk, panas tersebut akan dilepaskan sehingga bagian dalam bangunan terasa lebih hangat. Kemampuan ini, pada mud brick, dipengaruhi oleh kandungan air pada tanah sebagai material penyusunnya dan siklus kering-basah dinding bangunan yang dipengaruhi oleh eksposur oleh hujan dan panas matahari.
Penggunaan Mud Brick dalam Arsitektur
Karena lumpur dapat terbentuk dari komponen tanah yang berbeda-beda, maka karakteristik dan teknik penggunaannya juga dapat berbeda pula. Berikut ini adalah beberapa material konstruksi yang terbuat dari lumpur:
Cob dan Adobe
Cob dan adobe tersusun dari tanah dengan komposisi 75-85% pasir/agregat dan 15-25% lempung dan dicampur dengan jerami dan air. Perbedaannya adalah, jika cob langsung digunakan sebagai material konstruksi, maka adobe dibentuk terlebih dahulu menjadi bata dan dikeringkan di bawah sinar matahari.
Compressed Earth Block
Jika cob dan adobe merupakan material tradisional yang tidak membutuhkan alat tertentu dalam pembuatannya, compressed earth block membutuhkan sedikit teknologi dalam pembuatannya. Campuran dari tanah (mentah maupun diberi stabilizer) diberi sedikit air agar lembab, lalu dimasukkan ke dalam cetakan besi untuk diberikan tekanan secara manual maupun menggunakan mesin. Penggunan soil stabilizer dalam campuran tanah membuat material dapat digunakan untuk membangun dinding yang lebih tinggi dan lebih tipis daripada dengan material tanah lainnya, kuat terhadap tekanan, dan tahan air.
Fired Brick
Seperti namanya, campuran lumpur yang tanahnya berupa lempung dan pasir dibentuk dan melalui proses pembakaran sebelum dapat digunakan. Material jenis ini lebih tahan lama namun membutuhkan lebih banyak energi daripada jenis material tanah lainnya.
Al Ajmi et al (2016), menyebutkan bahwa mud brick relatif lebih banyak digunakan di negara-negara padang pasir. Hal ini disebabkan karena ketersediaan silt dan lempung dalam tanah di negara-negara tersebut. Salah satu contoh penggunaannya, yang masih ada hingga sekarang, adalah bangunan-bangunan tinggi di Shibam, Yaman. Lokasinya cukup strategis dengan curah hujan yang rendah, lokasi yang tinggi agar terhindar dari banjir dan jarak yang cukup jauh dari sumber air.
Namun, penyesuaian dapat dilakukan pada bangunan dengan curah hujan tinggi, seperti yang dilakukan di Devon, Inggris. Bangunan dengan material cob di Devon memiliki atap yang bentuknya menghalangi air hujan untuk melembabkan dinding secara berlebihan, dan pondasi solid yang mencegah air tanah untuk meresap ke dalam campuran dinding.
Meningkatkan Kualitas Mud Brick
Al Ajmi (2016) melakukan uji terhadap pengaruh antara komposisi material pembentuk mud brick terhadap kekuatannya. Dari hasil ujinya ditemukan bahwa kekuatan tekan mud brick dipengaruhi oleh perbandingan berat pasir dan lumpur dalam campuran mud brick, penambahan jerami dalam campuran, dan penambahan sedikit material perekat (kapur atau semen). Penambahan semen, meskipun dapat meningkatkan kekuatan tekan mud brick, tapi jika terlalu banyak ternyata juga mempengaruhi kemampuan mud brick dalam penyerapan panas.
Dengan penelitian lebih lanjut dalam meningkatkan kualitas mud brick dari segi kekuatan dan kemampuan penyerapan panasnya, bisa jadi mud brick merupakan sebuah alternatif material bangunan ramah lingkungan yang akan digunakan secara luas di masa depan.
Sumber:
Al-Ajmi, Farraj & Abdalla, Hany & Abdelghaffar, Magdi & Almatawah, Jamal. (2016). Strength Behavior of Mud Brick in Building Construction. Open Journal of Civil Engineering. 06. 482-494. 10.4236/ojce.2016.63041.
G.S., Sruthi. (2013). Mud Architecture. International Journal of Innovative Research in Science, Engineering and Technology. 02 (01).
https://eco-sf.org /resources/articles/31-natural-building-for-urban-landscapes
https://en.wikipedia.org/wiki/ Mud