Posted on Leave a comment

Grasshopper G010 – Data dan Manajemen Data (Part 1)

Tipe-Tipe Data dalam Grasshopper

Data adalah informasi yang tersimpan, baik berupa angka, fungsi, grafik, kata-kata, maupun gambar. Parameter adalah jenis data yang mempengaruhi kinerja sebuah definisi. Misalnya, Parameter yang mempengaruhi persegi panjang adalah parameter ‘panjang’ dan ‘lebar’. Nilai panjang dan lebar tersebut adalah datanya.

Data dalam grasshopper terbagi ke dalam dua jenis, yaitu: data volatil dan data persistent. Data volatil adalah data yang diperoleh dari satu atau dua parameter, dan dapat dihilangkan apabila diperoleh solusi lain dari sebuah proses. Sementara itu, data persistent adalah data spesifik yang ditetapkan oleh pengguna.

Misalnya, data yang kita gunakan adalah [number slider] yang tersambung dengan beberapa operasi matematika lalu kita menutupnya dengan syarat bahwa angka yang diambil harus ‘ganjil’, maka data berupa angka genap akan terhapus. Angka-angka pada proses matematika ini disebut data volatil. Sebaliknya apabila kita membuat data dengan [panel] dan mengetik pada panel tersebut satu angka tertentu, misalnya 6, angka 6 itu bisa disebut data persistent.

Pewarisan Data Volatil

Data yang tersimpan dalam Parameters (baik data volatil maupun data persistent) akan digunakan untuk operasional Component. Dalam grasshopper, Component harus dihubungkan dengan Parameternya untuk bisa bekerja. Contohnya, kita akan membuat sebuah grid yang terdiri dari titik-titik. Component yang bisa kita gunakan adalah [Pt Grid] dan parameter yang dibutuhkan agar komponen ini bisa bekerja di antaranya [Range] atau [Number Slider].

Setelah membuat grid dalam bentuk titik, misalnya, kita akan menghubungkan setiap titik baris pertama ke baris kedua menjadi kumpulan garis. Maka kita bisa menggunakan komponen [Line]. Sebelumnya kita bisa membuat pengelompokan data terlebih dahulu, misal titik-titik pada baris pertama disebut Set A, dan titik- titik pada baris kedua disebut Set B. Set A dan Set B lalu dihubungkan dengan komponen [Line] sebagai titik awal dan titik akhir dari kesemua garis. Pembagian data titik-titik menjadi set A dan set B adalah contoh manajemen data.

Dari sini kita akan bisa membahas lebih lanjut terkait cara mencocokan data (data matching). Sekurang-kurangnya ada tiga algoritma yang bisa digunakan, yaitu ’the shortest list’, ‘the longest list’, dan ‘the cross reference’.

Apabila kita menggunakan component [Graft], kita bisa membuat penggandaan data dan juga percabangan data. Misalnya kita bisa membuat data berlipat dari satu set sejumlah N menjadi satu set berjumlah N ditambah satu set berjumlah 2N.

Bersambung ke Part 2

Posted on Leave a comment

Poin-Poin Penting Instalasi Vertical Garden (Green Wall)

Green Wall atau Vertical Garden, adalah salah satu metode menanam yang memanfaatkan bidang-bidang vertikal seperti dinding dan pagar, serta bidang-bidang miring seperti atap, shading, dan kanopi. Jenis tanaman yang digunakan dalam instalasi green wall bisa beragam, tergantung seperti apa struktur penopang dan media tanam yang digunakan. Seringkali jenis tanaman yang dipilih adalah tanaman rambat dan tanaman yang berkembang biak secara vegetatif seperti dengan geragih, spora, dan/atau tunas adventif. Untuk instalasi indoor, tanaman habitat asli tropis seperti paku, suplir, dan kategori tanaman gulma sering juga dimanfaatkan. Tanaman-tanaman tersebut dianggap lebih tahan banting, juga cepat tumbuh sehingga bisa secara aktif memenuhi bidang vertikal tanpa perlu banyak medium untuk akar.

Tanaman rambat dan tanaman-tanaman vegetatif, di lain pihak, juga bisa menjadi ‘terlalu aktif’ lalu menancapkan akar-akarnya pada dinding. Akar-akar ini dapat menjadi jalan masuk air ke dalam dinding, juga menyebabkan retak-retak rambut dan mempercepat kerusakan dinding. Dengan demikian, perlindungan dinding dan pemangkasan tanaman secara berkala perlu dilakukan. Instalasi green wall sangat memerlukan perawatan, sehingga tidak dikategorikan low maintenance seperti halnya dinding berlapis cat waterproof dan/atau weatherproof, ataupun dinding batuan dengan lapisan anti jamur.

Lantas, mengapa green-wall tetap menjadi salah satu alternatif penutup dinding eksterior yang direkomendasikan jika perawatannya tidak minimal? Dalam artikel Strategi Mengurangi Panas Dinding Barat dan Utara (klik disini), kami membahas salah satu fungsi green wall yakni untuk mengurangi panas matahari (kalor) yang terserap oleh dinding. Pengurangan serapan kalor ini bisa memudahkan pengondisian temperatur interior sehingga ruang di balik dinding tidak terlalu panas di siang dan sore hari. Selain membantu pemilik rumah memperoleh kenyamanan termal, keberadaan green wall juga membantu mengurangi urban heat island, yaitu penumpukan panas di perkotaan akibat banyaknya permukaan yang menyerap dan memancarkan kalor. Selama beberapa dekade terakhir sudah banyak penelitian yang mengupas permasalahan urban heat island. Sudah banyak pula yang merekomendasikan perbanyakan tanaman di lingkungan perkotaan, salah satunya dengan instalasi green wall.
Continue reading Poin-Poin Penting Instalasi Vertical Garden (Green Wall)

Posted on Leave a comment

Material M019 – Filament 3D Printer (PLA) dengan Limbah Organik

Filament PLA yang biasa digunakan untuk 3d printing adalah bahan yang bisa di-dekomposisi oleh tanah (compostable/biodegradable). Selain itu, PLA juga bisa didaur-ulang dengan dilelehkan lalu dijadikan filament kembali. Alat untuk men-daur-ulang filament bekas menjadi filament baru disebut Filament Extruder Machine. Beberapa profesional dan peneliti sudah mencoba untuk meningkatkan pemanfaatan limbah dengan menggabungkan limbah PLA (misalnya hasil printing yang gagal, support structure, atau model 3d lama yang sudah tidak digunakan lagi) dan limbah lainnya untuk membuat PLA baru. PLA hasil daur ulang umumnya memiliki kekuatan yang lebih rendah dari PLA murni. Namun, penggunaan limbah organik bisa memudahkan proses pengomposan dengan memperbesar luas permukaan dan mengundang aktivitas dekomposer. PLA daur ulang ini sangat ideal untuk 3d printing yang menghasilkan prototype awal (karena umumnya setelah evaluasi dan perbaikan tidak lagi dipergunakan), menghemat biaya filament, juga bisa membantu para Makers untuk mengelola limbah printing. Pada artikel ini kita akan membahas contoh-contoh penelitian yang menggunakan limbah organik sebagai campuran PLA.
Continue reading Material M019 – Filament 3D Printer (PLA) dengan Limbah Organik

Posted on Leave a comment

M017 – Papercrete, Teknologi Berusia 5 Dekade

Di antara kita mungkin ada yang pernah membuat prakarya dari bahan papercrete di sekolah. Atau minimal, bubur koran yang dibentuk dengan bantuan lem aci. Betul, papercrete memang sederhana dan sama sekali bukan barang baru, namun bisa jadi sangat bermanfaat jika kita mengupas lagi potensinya. Bagi sebagian pihak, papercrete adalah bahan penelitian yang serius, sebab penggunaan kertas pada campuran beton bisa mengurangi penggunaan portland cement, mengurangi berat satuan beton yang dihasilkan (dead load), meningkatkan kuat lentur, meningkatkan kohesi adonan, mengurangi konduktivitas termal, dan juga mengurangi biaya membuatan beton atau adukan plaster. Kekurangan dari papercrete ada pada sifatnya yang kurang tahan terhadap air (menyerap air), juga kehawatiran publik atas ketahanannya terhadap api. Namun, masing-masing material pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Kekurangan papercrete ini masih bisa ditutupi dengan waterproof dan tambahan pelindung api.
Continue reading M017 – Papercrete, Teknologi Berusia 5 Dekade

Posted on Leave a comment

Keseimbangan Warna dalam Ruang Eksterior dan Interior

Pertimbangan aplikasi warna pada ruang interior dan eksterior bisa saja berbeda. Ketika berbincang mengenai aplikasi warna eksterior, padu-padan warnanya bisa jadi lebih rumit dari pada ruang interior karena berhubungan dengan bangunan-bangunan milik orang lain, yang dirancang orang lain, dan dibangun orang lain. Setidaknya kita mungkin pernah merasakan, ketika tirai ‘under-construction’ diturunkan, warna-warna eksterior yang muncul di bangunan baru adalah warna-warna ‘mengejutkan’ yang membuat kita speechless. Bangunan iconic atau branding yang ambisius bisa sangat mencolok dalam menampilkan warna, juga bisa sangat memberikan dampak visual pada lingkungan dan masyarakat seperti dalam contoh berikut:
Continue reading Keseimbangan Warna dalam Ruang Eksterior dan Interior

Posted on 2 Comments

Sistem Warna dari Aristoteles hingga RGB & CMYK

Sebelum Newton membuat lingkaran yang memperlihatkan spektrum warna dalam cahaya putih pada abad ke-delapan belas, para pendahulu sudah mencoba mengidentifikasi warna pelangi dan menyusun teori urutan warna (color order). Aristoteles (384- 322 SM), dalam tulisannya yang berjudul De Sensu, mengurutkan aneka warna dari putih ke hitam, seperti dalam diagram berikut:
Continue reading Sistem Warna dari Aristoteles hingga RGB & CMYK

Posted on Leave a comment

Teori Warna dan Optik dari Aristoteles hingga Newton

Serial Warna & Desain – 1442 H / 2021 M

Berkaitan dengan warna, kita para praktisi tentu sehari-harinya sering berinteraksi dengan pewarna (dye) dan pigmen. Pigmen adalah mineral yang secara alami memiliki warna, yang sejak dahulu diolah dan digunakan pada cat, karet, plastik, linoleum, keramik, pensil warna, dan aneka produk lainnya. Pigmen tidak berikatan secara kimia dengan substrat yang diwarnainya, sementara pewarna celup (dye) adalah pewarna yang secara kimia berikatan dengan substrat yang diwarnai. Egyptian blue (calcium copper silicate) dianggap sebagai pigmen pertama yang digunakan oleh manusia (Crewdson, 1953: 34; Habashi, 2016: 156). Pada perkembangan pigmen, bahan-bahan mineral yang sering digunakan sebagai sumber warna adalah: (1) alumunium, (2) arsenic (sudah dilarang karena beracun), (3) cadmium, (4) karbon, (5) cobalt, (6) krom (chromium), (7) tembaga (copper), (8) besi (iron), (9) timbal (sudah dilarang karena beracun), (10) mangan, (11) mercuri (beracun, dahulu pekerja tambangnya adalah narapidana buangan karena merkuri memang sudah dikenal beracun), (12) molybdenum, (13) titanium, (14) seng (zinc), (15) uranium, dan (16) emas (Habashi, 2016: 156-164). Sementara itu bahan organik yang dikenal menghasilkan pigmen di-antaranya: (1) Indanthrene, (2) Phosphotungstic, (3) Alizarin Crimson, (4) Permanent Orange, dan (5) Indanthrene Blue (Crewdson 1953: 88).
Continue reading Teori Warna dan Optik dari Aristoteles hingga Newton

Posted on Leave a comment

Menelaah Kembali Proporsi Matematis dalam Arsitektur dan Desain

Dalam perancangan, kita sering mendengar istilah proporsi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, proporsi berarti ‘perbandingan’, ‘bagian’, atau ‘perimbangan’. Secara praktis proporsi dapat diartikan dengan ‘sejumlah bagian tertentu dibandingkan dengan keseluruhan sesuatu itu’. Proporsi bisa berupa perbandingan antara satu bagian dengan bagian lain dari satu keseluruhan, seperti halnya ‘rasio’. Misalnya jari-jemari kita memiliki proporsi tertentu dibandingkan lengan. Demikian pula kepala memiliki proporsi tertentu dibandingkan tinggi badan keseluruhan, atau dibandingkan dengan tangan dan kaki kita.

Kita mungkin juga sudah sering mendengar istilah di lapangan: ‘’proporsi satu banding dua” atau “proporsi tiga banding lima”, namun apa sebenarnya proporsi dan apakah proporsi begitu penting dalam proses kreasi manusia?
Continue reading Menelaah Kembali Proporsi Matematis dalam Arsitektur dan Desain

Posted on

Material M015 – Bio-Cement, Bio-Grout, dan Bio-Aggregate; Perjalanan Mencari Alternatif Bahan Bangunan Ramah Lingkungan

Hunian adalah kebutuhan primer manusia. Kita bisa menduga, bahwa material penyusun hunian adalah salah satu bentuk ‘engineering’ perintis yang dibuat manusia. Seiring kesadaran dan kepedulian manusia terhadap kelestarian lingkungan, muncul penelitian dan eksperimen rekayasa untuk menghasilkan bahan bangunan yang sesedikit mungkin memberikan dampak negatif kepada lingkungan. Salah satu jalur penelitian ini membawa kita pada istilah “Biomaterial”. Istilah ini berkembang terutama di dunia medis, dalam rangka menghasilkan bahan-bahan implant, obat, dan scaffold jaringan yang tidak membahayakan tubuh. Namun istilah ini juga berkembang ke bidang-bidang lainnya, termasuk dunia konstruksi.

Continue reading Material M015 – Bio-Cement, Bio-Grout, dan Bio-Aggregate; Perjalanan Mencari Alternatif Bahan Bangunan Ramah Lingkungan
Posted on 1 Comment

Strategi Retrofit (Pasca-Konstruksi) untuk Mengatasi Panasnya Dinding Barat dan Utara

Kita yang berada di bawah garis khatulistiwa tentunya sadar bahwa sumber panas terbesar kita, matahari, sangat dominan dari arah Barat dan Utara. Biasanya dinding di sisi Barat dan Utara pada siang hari akan mulai terasa hangat, kemudian semakin hangat di sore hari, dan tetap hangat di malam hari sebelum menjadi dingin di pagi harinya. Fenomena semacam ini bisa diperhatikan di banyak rumah tinggal, gedung sekolah, perkantoran, masjid, dan bangunan komersial, terutama bila kesemua bangunan tersebut dibangun dengan bahan bata dan beton. Tentunya di daerah-daerah panas, kita mengharapkan bangunan kita memiliki temperatur yang sejuk agar dapat digunakan untuk beristirahat baik di siang hari maupun di malam hari. Panas berlebih yang dipancarkan dinding justru akan sangat mengganggu. Sebaliknya di daerah dingin, panas yang tersimpan dalam dinding dapat dimanfaatkan sebagai pemanas alami sesuai kebutuhan kenyamanan di daerah tersebut.

Continue reading Strategi Retrofit (Pasca-Konstruksi) untuk Mengatasi Panasnya Dinding Barat dan Utara