Posted on Leave a comment

Cara Membuat Clay dari Tepung (DIY)

Clay sederhana yang tersedia di alam adalah campuran tanah dan air, yang biasa disebut lempung atau tanah liat. Tanah lempung bisa dibentuk menjadi batu bata, tembikar, genteng, mud brick (adobe), penutup lantai, dan plaster penutup dinding. Definisi geologis ‘clay’ atau lempung adalah mineral yang mengandung banyak partikel silikat dan aluminium, berpartikel kecil, serta memiliki daya tarik menarik tinggi antar partikelnya.
Continue reading Cara Membuat Clay dari Tepung (DIY)

Posted on Leave a comment

Cara Membuat Yogurt Creamy (DIY)

Membuat yogurt sangatlah mudah, bisa dilakukan di rumah. Sudah banyak penelitian yang menunjukkan aneka manfaat yogurt, misalnya sebagai sumber vitamin B2, B5, B12, kalsium, iodine, dan aneka jenis asam amino bermanfaat. Menurut penelitian, susu yang difermentasi lebih mudah dicerna dibandingkan susu segar.
Continue reading Cara Membuat Yogurt Creamy (DIY)

Posted on Leave a comment

Sisi Positif “Aesthetic” di Kalangan Millenial dan Creativepreneur

Seri Creativepreneur – Ramadhan 1442 H

Sejak diciptakan, manusia sudah memiliki bekal kecintaan pada keindahan. Segala sesuatu yang indah dan menyenangkan indera tentu akan menggembirakan setiap orang. Sebaliknya segala sesuatu yang kotor dan berantakan tentunya akan membuat semua orang terganggu. Tak hanya manusia, malaikat pun menyukai rumah yang bersih dan wangi dan tidak suka pada tenpat-tempat yang bau. Kita pun dianjurkan untuk senantiasa menjaga kebersihan dan keindahan, disesuaikan dengan kemampuan masing-masing tanpa memberatkan diri dan orang lain.
Continue reading Sisi Positif “Aesthetic” di Kalangan Millenial dan Creativepreneur

Posted on Leave a comment

Membuat “To-Do-List” yang Efektif bagi Insan Produktif, termasuk Creativepreneur

Disclaimer: Halaman ini mungkin menampilkan iklan. Semua Iklan yang ditampilkan tidak berafiliasi dengan Diyfab. Mohon laporkan kepada admin melalui laman ini, apabila ditemukan iklan yang kurang berkenan. Terima kasih.

Seri Creativepreneur – Ramadhan 1442 H

Kebanyakan dari kita sebenarnya adalah Insan Produktif; jika kita menjalankan tugas-tugas harian dengan baik serta bisa menghindarkan diri dari hal-hal yang kurang bermanfaat. Seorang ibu rumah tangga yang mengerjakan tugas-tugasnya dan tidak tergelincir menggosip, nonton drama 8 jam, ataupun ketagihan belanja online, adalah insan produktif. Seorang kepala keluarga yang bekerja mencari nafkah serta mengerjakan tugas-tugas harian lainnya tanpa tergelincir main game, nonton debat politik tiada akhir, dan nonton Netflix berjam-jam, adalah insan produktif. Seorang anak yang mengerjakan tugas-tugasnya belajar dan membantu orang tua serta tidak tergelincir main game, scrolling komik online berjam-jam, atau terjebak channel-channel tak bermanfaat, juga termasuk insan produktif.
Continue reading Membuat “To-Do-List” yang Efektif bagi Insan Produktif, termasuk Creativepreneur

Posted on Leave a comment

Meningkatkan Adaptability Creativepreneur dengan Blue Ocean Strategy

Disclaimer: Halaman ini mungkin menampilkan iklan. Semua Iklan yang ditampilkan tidak berafiliasi dengan Diyfab. Mohon laporkan kepada admin melalui laman ini, apabila ditemukan iklan yang kurang berkenan. Terima kasih.
—-

Seri Creativepreneur – Ramadhan 1442 H

Adaptability adalah salah satu kunci keberhasilan Creativepreneur, baik yang baru memulai maupun yang sudah bermain cukup lama. Kenapa harus mampu beradaptasi? Berapa banyak UMKM Indonesia yang ‘dimakan’ oleh para ‘pemain’ dropshipper dan para pemilik toko palugada marketplace yang menggunakan strategi ATM (Amati, Tiru, Modifikasi atau Matikan)? Saya sendiri tidak begitu paham apakah strategi ini masih masuk persaingan yang sah dan fair, atau sudah termasuk bentuk persaingan tidak sehat. Silakan para pembaca menilai sendiri dari contoh yang saya paparkan.
Continue reading Meningkatkan Adaptability Creativepreneur dengan Blue Ocean Strategy

Posted on 1 Comment

Cara Mengisi ‘Business-Model Canvas’ (Part 1) – Contoh Usaha Produk Kulit (Tas)

Disclaimer: Halaman ini mungkin menampilkan iklan. Semua Iklan yang ditampilkan tidak berafiliasi dengan Diyfab. Mohon laporkan kepada admin melalui laman ini, apabila ditemukan iklan yang kurang berkenan. Terima kasih.

Seri Creativepreneur – Ramadhan 1442 H

Kita ambil contoh pengusaha pemula bernama Sogi, Eka, dan Nuri yang menjual produk kerajinan kulit berupa tas, sabuk, dan dompet. Misalkan setelah bertapa di Pegunungan Andes, sang pengusaha pun menemukan nama brand-nya, yaitu: Chameleo. Mereka bertiga sepakat dengan nama ini dan menyesuaikan dengan trend pasar yang mengarah ke desain-desain kontemporer, yang menurut analisis mereka ‘pas’ juga dengan style dan gaya hidup anak muda saat ini. Setelah mengetujui nama merek dan arahan diferensiasi produknya (keunikan produknya), tim founder ini lalu berdiskusi untuk mengisi business-model canvas mereka sesuai dengan kondisi ideal perusahaan yang diharapkan.
Continue reading Cara Mengisi ‘Business-Model Canvas’ (Part 1) – Contoh Usaha Produk Kulit (Tas)

Posted on Leave a comment

Mengapa Creativepreneur Pemula Perlu Menyusun ‘Business-Model Canvas’ Sederhana?

Disclaimer: Halaman ini mungkin menampilkan iklan. Semua Iklan yang ditampilkan tidak berafiliasi dengan Diyfab. Mohon laporkan kepada admin melalui laman ini, apabila ditemukan iklan yang kurang berkenan. Terima kasih.

Seri Creativepreneur – Ramadhan 1442 H

Mungkin banyak di antara Sobat Makers sekalian yang sudah mengenal istilah Business Plan atau Proposal Bisnis. Umumnya kegiatan Pekan Kewirausahaan Mahasiswa (PKM) di kampus-kampus akan mensyaratkan mahasiswa untuk menyusun sebuah Business Plan sebelum mendaftar sebagai calon penerima dana hibah wirausaha. Juga umumnya, jika seorang pengusaha ingin mencari investor dan mitra usaha, ia harus membuat Business Plan terlebih dahulu. Ada yang biasa membuat Business Plan singkat sebanyak lima halaman, ada juga yang sangat detail hingga menyusun puluhan lembar. Tujuan dari Business Plan ini adalah untuk merumuskan rencana usaha secara rinci, mulai dari visi misi, struktur organisasi, produk, gambaran pasar, strategi, hingga rencana keuangannya.

Bagi creativepreneur pemula, ada cara yang lebih singkat untuk mencapai tujuan di atas daripada mengalokasikan banyak waktu menulis Business Plan, yaitu dengan menyusun Business-Model Canvas. Business-Model Canvas adalah selembar kertas berisi tabel atau diagram, yang merangkum gambaran input, proses, dan output sebuah usaha. Atau terjemah literalnya, kanvas yang menunjukkan model bisnis yang sedang kita rencanakan atau kita jalani.

Continue reading Mengapa Creativepreneur Pemula Perlu Menyusun ‘Business-Model Canvas’ Sederhana?

Posted on Leave a comment

Atomic Habit: Menyederhanakan Kebiasaan Harian Seorang Creativepreneur

Seri Creativepreneur – Ramadhan 1442 H

Sebelumnya kita sudah membahas pentingnya membangun kebiasaan baik bagi Creativepreneur. Namun, selain ‘membangun kebiasaan’, juga penting untuk tidak memenuhi ‘piring’ kita dengan banyaknya target transformasi dalam satu waktu sekaligus. Hal itu akan memberatkan dan umumnya akan membuat program transformasi kebiasaan itu tidak bertahan lama. Atomic Habit, Tiny Habit, dan Mini Habit, adalah tiga judul buku yang berusaha mengupas rahasia kebiasaan-kebiasaan kecil yang memberikan dampak signifikan kepada hari-hari kita. Menurut hemat kami ketiga buku ini bisa membantu Sobat Makers sekalian yang kini sedang merintis menjadi Creativepreneur, agar bisa memupuk lebih banyak kebiasaan baik dan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk. Pada artikel kali ini kita akan membahas salah satunya dulu, yaitu Atomic Habits.

Continue reading Atomic Habit: Menyederhanakan Kebiasaan Harian Seorang Creativepreneur

Posted on Leave a comment

Pentingnya Dokumentasi Proses Kreatif Bagi Creativepreneur

Serial Creativepreneur – Ramadhan 1442 H

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia salah satunya didominasi oleh ekonomi kreatif. Sesuai dengan namanya, setiap usaha dalam ekonomi kreatif melibatkan sebuah proses kreasi. Proses kreasi ini meliputi kegiatan desain, inovasi, cipta, produksi, dan invensi. Ketika proses kreasi dilakukan oleh seseorang, ia membutuhkan usaha baik itu tenaga, pengetahuan, skill, informasi, bahan, alat, dan inspirasi. Dengan demikian proses kreasi itu membutuhkan aneka input sebelum bisa memperoleh output yang diharapkan, yakni suatu karya atau produk.

Insan kreatif di dunia ini tidak semuanya berkecimpung di dunia entrepreneurship. Tidak semuanya membangun usaha. Ada yang melakukan proses kreatifnya sebagai hobby, ada juga yang melakukannya dalam peran sebagai karyawan. Dalam kedua kelompok terakhir, perekaman proses kreatif tidak selalu penting. Namun, apabila insan kreatif ingin menjadi seorang entrepreneur yang berhasil, dokumentasi proses kreatif menjadi penting.

Industri kreatif begitu beragam, mulai dari industri musik, penulisan kreatif, perfilman, fashion, kuliner, kriya, arsitektur, hingga desain industri. Setiap industri ini memiliki komponen proses yang berbeda-beda. Misal, dalam desain industri seseorang menjual ide dalam bentuk paten, sehingga proses kreatifnya pun melibatkan pengurusan paten tersebut. Demikian juga seorang penulis lagu, ia menjual lagu atau jingle dengan menjual atau menyewakan hak ciptanya. Dengan demikian proses kreatifnya melibatkan pengurusan hak cipta tersebut. Industri kuliner, dalam prosesnya melibatkan pemilihan dan seleksi bahan, proses memasak, proses presentasi, proses penyimpanan, kemasan, hingga delivery. Kesemua proses ini perlu ‘diurus’ oleh seorang creativepreneur, dengan demikian setiap prosesnya pun perlu didokumentasikan.
Continue reading Pentingnya Dokumentasi Proses Kreatif Bagi Creativepreneur

Posted on Leave a comment

Mengapa Membangun Kebiasaan Baik itu Penting bagi Creativepreneur?

Serial Creativepreneur – Ramadhan 1442 H

Konsepsi umum tentang pekerja dan entrepreneur kreatif adalah bahwa pribadi-pribadinya itu berantakan, tidak teratur, bekerja sesuai mood saja, urakan, bebas, dan kurang serius. Konsepsi ini begitu melekat di masyarakat, termasuk juga di sebagian pegiat wirausaha kreatif itu sendiri. Umumnya orang menganggap karakter semacam itu adalah karakter yang sangat wajar bagi insan kreatif. Padahal sebenarnya, segala sesuatu yang teratur itu sangat baik. Mayoritas entrepreneur kreatif yang sukses justru mereka yang mampu mengatur dirinya dan memiliki disiplin yang tinggi. Sering kali saya menemukan, kamar para ‘artis’ yang disebut-sebut ‘pasti berantakan’ itu justru lebih rapi dan terorganisir dari kamar seorang dokter. Juga, etos kerja mereka pun tidak kalah dengan para engineer dan pekerja white-collar di lingkungan kerja bersertifikat ISO-9001, dengan tingkat kepresisisian yang tinggi pula. Tentunya setiap karakter berbeda-beda, juga situasi setiap orang berbeda-beda. Namun yang ditekankan adalah bahwa prinsip untuk menjadi seseorang yang berhasil di dunia kreatif yang dinamis juga mencakup manajemen, disiplin, organisasi, perbaikan, inovasi, dan kebiasaan-kebiasaan baik; di samping prinsip penting lainnya seperti niat baik, do’a, dan tawakkal.

Continue reading Mengapa Membangun Kebiasaan Baik itu Penting bagi Creativepreneur?