Pertimbangan aplikasi warna pada ruang interior dan eksterior bisa saja berbeda. Ketika berbincang mengenai aplikasi warna eksterior, padu-padan warnanya bisa jadi lebih rumit dari pada ruang interior karena berhubungan dengan bangunan-bangunan milik orang lain, yang dirancang orang lain, dan dibangun orang lain. Setidaknya kita mungkin pernah merasakan, ketika tirai ‘under-construction’ diturunkan, warna-warna eksterior yang muncul di bangunan baru adalah warna-warna ‘mengejutkan’ yang membuat kita speechless. Bangunan iconic atau branding yang ambisius bisa sangat mencolok dalam menampilkan warna, juga bisa sangat memberikan dampak visual pada lingkungan dan masyarakat seperti dalam contoh berikut:
Continue reading Keseimbangan Warna dalam Ruang Eksterior dan Interior
Category: Design Thinking
Aplikasi Warna dalam Arsitektur dan Ruang

Aplikasi warna berkaitan erat dengan pembangunan dan pembuatan produk. Bahkan ketika warna ‘tambahan’ dihindarkan, ketika ‘kejujuran bahan’ sangat diagung-agungkan, warna tetap memainkan peran sebab setiap unsur, senyawa, dan bahan-bahan penyusun suatu produk semuanya memiliki warna. Cara memandang warna bisa sangat beragam. Ada yang memandang warna sebagai sesuatu yang ‘sekunder’ sehingga tidak terlalu diatur, ada yang memandangnya sebagai suatu ‘sangat berpotensi’ sehingga sangat perlu dikelola, ada yang mengelolanya dengan prinsip khusus, ada juga yang membiarkan ‘ketidaksengajaan’ memunculkan warna-warna secara acak.
Apakah warna adalah sesuatu yang signifikan ataukah ia sesuatu yang bisa diabaikan dalam arsitektur? Apakah ketiadaan warna itu baik, serta apakah pelapisan dengan zat pewarna bisa disebut ‘kejahatan’? Apakah warna membuat suatu bangunan, ruang, dan produk menjadi indah atau justru sebaliknya?
Continue reading Aplikasi Warna dalam Arsitektur dan Ruang
Sistem Warna dari Aristoteles hingga RGB & CMYK



Sebelum Newton membuat lingkaran yang memperlihatkan spektrum warna dalam cahaya putih pada abad ke-delapan belas, para pendahulu sudah mencoba mengidentifikasi warna pelangi dan menyusun teori urutan warna (color order). Aristoteles (384- 322 SM), dalam tulisannya yang berjudul De Sensu, mengurutkan aneka warna dari putih ke hitam, seperti dalam diagram berikut:
Continue reading Sistem Warna dari Aristoteles hingga RGB & CMYK
Teori Warna dan Optik dari Aristoteles hingga Newton



Serial Warna & Desain – 1442 H / 2021 M
Berkaitan dengan warna, kita para praktisi tentu sehari-harinya sering berinteraksi dengan pewarna (dye) dan pigmen. Pigmen adalah mineral yang secara alami memiliki warna, yang sejak dahulu diolah dan digunakan pada cat, karet, plastik, linoleum, keramik, pensil warna, dan aneka produk lainnya. Pigmen tidak berikatan secara kimia dengan substrat yang diwarnainya, sementara pewarna celup (dye) adalah pewarna yang secara kimia berikatan dengan substrat yang diwarnai. Egyptian blue (calcium copper silicate) dianggap sebagai pigmen pertama yang digunakan oleh manusia (Crewdson, 1953: 34; Habashi, 2016: 156). Pada perkembangan pigmen, bahan-bahan mineral yang sering digunakan sebagai sumber warna adalah: (1) alumunium, (2) arsenic (sudah dilarang karena beracun), (3) cadmium, (4) karbon, (5) cobalt, (6) krom (chromium), (7) tembaga (copper), (8) besi (iron), (9) timbal (sudah dilarang karena beracun), (10) mangan, (11) mercuri (beracun, dahulu pekerja tambangnya adalah narapidana buangan karena merkuri memang sudah dikenal beracun), (12) molybdenum, (13) titanium, (14) seng (zinc), (15) uranium, dan (16) emas (Habashi, 2016: 156-164). Sementara itu bahan organik yang dikenal menghasilkan pigmen di-antaranya: (1) Indanthrene, (2) Phosphotungstic, (3) Alizarin Crimson, (4) Permanent Orange, dan (5) Indanthrene Blue (Crewdson 1953: 88).
Continue reading Teori Warna dan Optik dari Aristoteles hingga Newton
Menelaah Kembali Proporsi Matematis dalam Arsitektur dan Desain



Dalam perancangan, kita sering mendengar istilah proporsi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, proporsi berarti ‘perbandingan’, ‘bagian’, atau ‘perimbangan’. Secara praktis proporsi dapat diartikan dengan ‘sejumlah bagian tertentu dibandingkan dengan keseluruhan sesuatu itu’. Proporsi bisa berupa perbandingan antara satu bagian dengan bagian lain dari satu keseluruhan, seperti halnya ‘rasio’. Misalnya jari-jemari kita memiliki proporsi tertentu dibandingkan lengan. Demikian pula kepala memiliki proporsi tertentu dibandingkan tinggi badan keseluruhan, atau dibandingkan dengan tangan dan kaki kita.
Kita mungkin juga sudah sering mendengar istilah di lapangan: ‘’proporsi satu banding dua” atau “proporsi tiga banding lima”, namun apa sebenarnya proporsi dan apakah proporsi begitu penting dalam proses kreasi manusia?
Continue reading Menelaah Kembali Proporsi Matematis dalam Arsitektur dan Desain
Sisi Positif “Aesthetic” di Kalangan Millenial dan Creativepreneur



Seri Creativepreneur – Ramadhan 1442 H
Sejak diciptakan, manusia sudah memiliki bekal kecintaan pada keindahan. Segala sesuatu yang indah dan menyenangkan indera tentu akan menggembirakan setiap orang. Sebaliknya segala sesuatu yang kotor dan berantakan tentunya akan membuat semua orang terganggu. Tak hanya manusia, malaikat pun menyukai rumah yang bersih dan wangi dan tidak suka pada tenpat-tempat yang bau. Kita pun dianjurkan untuk senantiasa menjaga kebersihan dan keindahan, disesuaikan dengan kemampuan masing-masing tanpa memberatkan diri dan orang lain.
Continue reading Sisi Positif “Aesthetic” di Kalangan Millenial dan Creativepreneur
Bentuk Heksagon: Dari Rumah Lebah Hingga Arsitektur
Alam merupakan inspirasi terbesar bagi manusia. Banyak sekali pelajaran mengenai bentuk dan struktur alami yang ternyata, jika dipelajari, memiliki rahasia yang menguntungkan bagi manusia. Pada artikel kali ini, kita akan belajar mengenai rumah lebah dan bagaimana manusia mengaplikasikan pengetahuan dari rumah lebah dalam material buatan.
Rumah Lebah
Lebah madu memiliki rumah untuk dua kebutuhan penting : sebagai tempat tinggal yang aman bagi koloni lebah madu dan tempat untuk menyimpan nektar hingga menjadi madu. Rumah tersebut dibuat menggunakan lilin yang diproduksi oleh tubuh lebah. Namun, untuk memproduksinya 1 ons lilin, lebah butuh mengkonsumsi 8 ons madu yang mereka hasilkan, karena itu, lilin tersebut sangatlah berharga bagi lebah. Dan dengan menggunakan lilin tersebutlah, lebah membuat unit-unit tempat tinggal dan penyimpanan nektar berbentuk hexagonal.
Continue reading Bentuk Heksagon: Dari Rumah Lebah Hingga Arsitektur